Sabtu, 12 Mei 2012

Mempertahankan Kemerdekaan RI

Perjanjian Linggajati


•      Linggajati, juga dieja Linggarjati, adalah sebuah desa di kecamatan Cilimus, Kuningan yang terletak di kaki Gunung Ceremai, antara kota Cirebon dan Kuningan. Di tempat ini dilangsungkan Perundingan Linggarjati antara Indonesia dan Belanda pada tahun 1946. Tempat diselenggarakannya Perundingan Linggarjati kini dilestarikan sebagai Museum Linggarjati.



•   10 November 1946 diadakan perundingan Indonesia dengan Belanda di Linggajati
•   Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir sedangkan Belanda dipimpin 
     Hubertus Johannes Van Mook.
•   15 November 1946 hasil perundingan diumumkan dan disetujui kedua belah pihak
•   25 Maret 1947 hasil perundingan ditandatangani dan disyahkan secara resmi


Isi Perjanjian Linggajati :

1. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan 
    yang meliputi Jawa, Madura , dan Sumatera .
2. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerjasama membentuk Negara Indonesia 
    Serikat dengan nama Republik Indonesia Serikat.
3.  Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk uni Indonesia Belanda   
     dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.

•       Pelaksanaan hasil perundingan ini tidak berjalan baik. Pada tanggal 20 Juli 1947
        Gubernur Jendral H.J. van Mook akhirnya menyatakan bahwa Belanda tidak terikat 
        lagi dengan perjanjian ini.
       21 Juli 1947, meletuslah Agresi Militer Belanda I. Hal ini merupakan akibat dari 
         perbedaan penafsiran antara Indonesia dan Belanda.



Agresi Militer Belanda I

•   Tujuan utama agresi Belanda adalah merebut daerah-daerah perkebunan yang kaya 
     dan daerah yang memiliki sumber daya alam, terutama minyak.

•   Pada 29 Juli 1947, pesawat Dakota Republik dengan simbol Palang Merah di badan 
     pesawat yang membawa obat-obatan dari Singapura, sumbangan Palang Merah 
     Malaya ditembak jatuh oleh Belanda dan mengakibatkan tewasnya Komodor Muda    
     Udara Mas Agustinus AdisutjiptoKomodor Muda Udara dr.Abdulrahman Saleh dan 
     Perwira Muda Udara I Adisumarmo Wiryokusumo.


•  Republik Indonesia secara resmi mengadukan agresi militer Belanda ke PBB, karena 
    agresi militer tersebut dinilai telah melanggar suatu perjanjian Internasional, yaitu 
    Persetujuan Linggajati.

•  1 Agustus 1947 PBB mengeluarkan resolusi yang isinya menyerukan agar konflik 
    bersenjata dihentikan. Akhirnya 4 Agustus 1947 Belanda mengumumkan gencatan senjata.

25 Agustus 1947 Dewan Keamanan membentuk suatu komite yang akan menjadi 
   penengah konflik antara Indonesia dan Belanda. Komite ini bernam KTN ( Komisi 
   Tiga Negara ) yaitu Australia (dipilih Indonesia) diwakili oleh Richard C. Kirby, Belgia 
   ( dipilih Belanda ) diwakili oleh Paul van Zeeland dan Amerika Serikat ( pihak netral )
   menunjuk Dr. Frank Porter Graham.


Perjanjian Renville

•     Perjanjian Renville adalah perjanjian antara Indonesia dan Belanda yang 
       ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948 di atas geladak kapal perang Amerika 
       Serikat sebagai tempat netral, USS Renville, yang berlabuh di pelabuhan Tanjung 
       PriokJakarta.



Agresi Militer Belanda II
•     Agresi Militer Belanda II terjadi pada 19 Desember 1948 yang diawali dengan 
      serangan terhadap Yogyakartaibu kota Indonesia saat itu, yaitu pemboman atas 
      lapangan terbang Maguwo, serta penangkapan  Soekarno, Mohammad Hatta , Sutan 
      Syahrir dan Suryadarma.

•     Sebelum tertangkap, Presiden Sukarno mengirim mandat lewat radio kepada Menteri 
       Kemakmuran, Mr. Syafrudin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintah Darurat 
       Republik Indonesia ( PDRI )

•     Agresi militer ini menimbulkan reaksi dunia, seperti India, Afganistan, Myanmar, dan 
       negara Asia lain.

•     Mereka mendesak agar Pemerintah RI segera dikembalikan ke Yogyakarta dan serdadu 
       Belanda segera ditarik mundur dari Indonesia.

•     Belanda tidak mempedulikan desakan itu dan baru bersedia setelah Dewan Keamanan 
       PBB turun tangan.



Perjanjian Roem-Royen
•     Perjanjian Roem-Royen (juga disebut Perjanjian Roem-Van Roijen) adalah sebuah 
       perjanjian antara Indonesia dengan Belanda yang dimulai pada tanggal 14 April 1949 
       dan akhirnya ditandatangani pada tanggal 7 Mei 1949 di Hotel Des IndesJakarta.
•      Namanya diambil dari kedua pemimpin delegasi,Mohammad Roem dan Herman van 
       Roijen.

Isi Perjanjian Roem-Royen :

1. Pemerintah Republik Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta
2. Menghentikan gerakan militer dan membebaskan semua tahanan politik
3. Akan diselenggarakan perundingan lagi yaitu KMB antara Belanda dan Indonesia setelah
    pemerintah RI kembali ke Yogyakarta
4. Belanda menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara Indonesia 
    Serikat

KMB
•    Konferensi Meja Bundar adalah sebuah pertemuan antara pemerintah Republik 
      Indonesia dan Belanda yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda dari 23 Agustus hingga 
      2 November 1949.


•    Delegasi Indonesia dipimpin Moh. Hatta
•    Delegasi BFO ( Badan Musyawarah Negara-Negara Federal ) dipimpin Sultan Hamid II
•    Delegasi Belanda dipimpin Mr. Van Maarseveen
•    UNCI (United Nations Commission for Indonesia) dipimpin Chritchley

Hasil KMB :

1.   Serahterima kedaulatan dari pemerintah kolonial Belanda kepada Republik Indonesia 
      Serikatkecuali Papua bagian barat.
2.   RIS dan Belanda akan tergabung dalam Uni Indonesia Belanda
3.   Irian Barat akan diserahkan setahun setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda

Dampak KMB :

1.  Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia
2.  Konflik dengan Belanda diakhiri dan pembangunan dapat dimulai
3.  Irian Barat belum dapat diserahkan kepada RIS
4.  Bentuk negara serikat tidak sesuai dengan cita-cita proklamasi kemerdekaan

•  27 Desember 1949 diadakan upacara pengakuan kedaulatan dari Pemerintah Belanda 
    kepada Pemerintah RIS.

•  Upacara pengakuan di Den Haag dan Yogyakarta

•  Pengakuan di Den Haag , Ratu Yuliana sebagai wakil Negeri Belanda, dan Drs. Moh. Hatta 
    sebagai wakil Indonesia.

•  Pengakuan di Yogyakarta, Belanda diwakili Mr. Lovink dan Indonesia diwakili Sri Sultan 
    Hamengkubuwono IX

•  Sehari setelah pengakuan, ibu kota negara berpindah ke Jakarta.