Sabtu, 16 Juni 2012

Cerita Malam


Batu dan Mutiara

Pada suatu ketika, hiduplah seorang pedagang batu-batuan. Setiap hari dia berjalan dari kota ke kota untuk memperdagangkan barang-barangnya itu. Ketika dia sedang berjalan menuju ke suatu kota, ada suatu batu kecil di pinggir jalan yang menarik hatinya. Batu itu tidak bagus, kasar, dan tidak mungkin untuk dijual. Namun pedagang itu memungutnya dan menyimpannya dalam sebuah kantong, dan kemudian pedagang itu meneruskan perjalanannya.

Setelah lama berjalan, lelahlah pedagang itu, kemudian dia beristirahat sejenak. Selama dia beristirahat, dia membuka kembali bungkusan yang berisi batu itu. Diperhatikannya batu itu dengan seksama, kemudian batu itu digosoknya dengan hati-hati batu itu. Karena kesabaran pedagang itu, batu yang semula buruk itu, sekarang terlihat indah dan mengkilap. Puaslah hati pedagang itu, kemudian dia meneruskan perjalanannya.

Selama dia berjalan lagi, tiba-tiba dia melihat ada yang berkilau-kilauan di pinggir jalan. Setelah diperhatikan, ternyata itu adalah sebuah mutiara yang indah. Alangkah senangnya hati pedagang tersebut, mutiara itu diambil dan disimpannya tetapi dalam kantong yang berbeda dengan kantong tempat batu tadi. Kemudian dia meneruskan perjalanannya kembali.

Adapun si batu kecil itu merasa bahwa pedagang itu begitu memperhatikan dirinya, dan dia merasa begitu bahagia. Namun pada suatu saat mengeluhlah batu kecil itu kepada dirinya sendiri. “Tuan begitu baik padaku, setiap hari aku digosoknya walaupun aku ini hanya sebuah batu yang jelek, namun aku merasa kesepian. Aku tidak mempunyai teman seorangpun, seandainya saja Tuan memberikan kepadaku seorang teman”. Rupanya keluhan batu kecil yang malang ini didengar oleh pedagang itu. Dia merasa kasihan dan kemudian dia berkata kepada batu kecil itu “Wahai batu kecil, aku mendengar keluh kesahmu, baiklah aku akan memberikan kepadamu sesuai dengan yang engkau minta”. Setelah itu kemudian pedagang tersebut memindahkan mutiara indah yang ditemukannya di pinggir jalan itu ke dalam kantong tempat batu kecil itu berada.

Dapat dibayangkan betapa senangnya hati batu kecil itu mendapat teman mutiara yang indah itu. Sungguh betapa tidak disangkanya, bahwa pedagang itu akan memberikan miliknya yang terbaik kepadanya. Waktu terus berjalan dan si batu dan mutiara pun berteman dengan akrab. Setiap kali pedagang itu beristirahat, dia selalu menggosok kembali batu dan mutiara itu. Namun pada suatu ketika, setelah selesai menggosok keduanya, tiba-tiba saja pedagang itu memisahkan batu kecil dan mutiara itu. Mutiara itu ditempatkannya kembali di dalam kantongnya semula, dan batu kecil itu tetap di dalam kantongnya sendiri. Maka sedihlah hati batu kecil itu. Tiap-tiap hari dia menangis, dan memohon kepada pedagang itu agar mengembalikan mutiara itu bersama dengan dia.
Namun seolah-olah pedagang itu tidak mendengarkan dia.

Maka putus asalah batu kecil itu, dan di tengah-tengah keputusasaannya itu, berteriaklah dia kepada pedagang itu “Oh tuanku, mengapa engkau berbuat demikian ? Mengapa
engkau mengecewakan aku ?”

Rupanya keluh kesah ini didengar oleh pedagang batu tersebut. Kemudian dia berkata
kepada batu kecil itu “Wahai batu kecil, kamu telah kupungut dari pinggir jalan. Engkau yang semula buruk kini telah menjadi indah. Mengapa engkau mengeluh ? Mengapa engkau berkeluh kesah ? Mengapa hatimu berduka saat aku mengambil mutiara itu daripadamu ? Bukankah mutiara itu miliku, dan aku bebas mengambilnya setiap saat menurut kehendakku ? Engkau telah kupungut dari jalan, engkau yang semula buruk kini telah menjadi indah. Ketahuilah bahwa bagiku, engkau sama berharganya seperti mutiara itu, engkau telah kupungut dan engkau kini telah menjadi milikku juga. Biarlah aku bebas menggunakanmu sekehendak hatiku. Aku tidak akan pernah membuangmu kembali”.

Mengertikah apakah maksud cerita di atas ? Yang dimaksud dengan batu kecil itu adalah kita-kita semua, sedangkan pedagang itu adalah Tuhan sendiri. Kita semua ini buruk dan hina di hadapanNya, namun karena kasihnya itu Dia memoles kita, sehingga kita dijadikannya indah di hadapanNya. Sedangkan yang dimaksud dengan mutiara itu adalah berkat Tuhan bagi kita semua. Siapa yang tidak senang menerima berkat ? Berkat itu dapat berupa apa saja dalam kehidupan kita sehari-hari, mungkin berupa kegembiraan, kesehatan, orangtua, saudara dan sahabat, dan banyak lagi. Apakah kita pernah bersyukur, setiap kali kita mendapat berkat itu ? Dan apakah kita tetap bersyukur, jika seandainya Tuhan mengambil semuanya itu dari kita ? Bukankah semua itu milikNya dan Ia bebas mengambilnya kembali kapanpun Ia mau ? Bersyukurlah selalu kepadaNya, karena Dia tidak akan pernah mengecewakan kita semua.....

Sabtu, 12 Mei 2012

Mempertahankan Kemerdekaan RI

Perjanjian Linggajati


•      Linggajati, juga dieja Linggarjati, adalah sebuah desa di kecamatan Cilimus, Kuningan yang terletak di kaki Gunung Ceremai, antara kota Cirebon dan Kuningan. Di tempat ini dilangsungkan Perundingan Linggarjati antara Indonesia dan Belanda pada tahun 1946. Tempat diselenggarakannya Perundingan Linggarjati kini dilestarikan sebagai Museum Linggarjati.



•   10 November 1946 diadakan perundingan Indonesia dengan Belanda di Linggajati
•   Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir sedangkan Belanda dipimpin 
     Hubertus Johannes Van Mook.
•   15 November 1946 hasil perundingan diumumkan dan disetujui kedua belah pihak
•   25 Maret 1947 hasil perundingan ditandatangani dan disyahkan secara resmi


Isi Perjanjian Linggajati :

1. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan 
    yang meliputi Jawa, Madura , dan Sumatera .
2. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerjasama membentuk Negara Indonesia 
    Serikat dengan nama Republik Indonesia Serikat.
3.  Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk uni Indonesia Belanda   
     dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.

•       Pelaksanaan hasil perundingan ini tidak berjalan baik. Pada tanggal 20 Juli 1947
        Gubernur Jendral H.J. van Mook akhirnya menyatakan bahwa Belanda tidak terikat 
        lagi dengan perjanjian ini.
       21 Juli 1947, meletuslah Agresi Militer Belanda I. Hal ini merupakan akibat dari 
         perbedaan penafsiran antara Indonesia dan Belanda.



Agresi Militer Belanda I

•   Tujuan utama agresi Belanda adalah merebut daerah-daerah perkebunan yang kaya 
     dan daerah yang memiliki sumber daya alam, terutama minyak.

•   Pada 29 Juli 1947, pesawat Dakota Republik dengan simbol Palang Merah di badan 
     pesawat yang membawa obat-obatan dari Singapura, sumbangan Palang Merah 
     Malaya ditembak jatuh oleh Belanda dan mengakibatkan tewasnya Komodor Muda    
     Udara Mas Agustinus AdisutjiptoKomodor Muda Udara dr.Abdulrahman Saleh dan 
     Perwira Muda Udara I Adisumarmo Wiryokusumo.


•  Republik Indonesia secara resmi mengadukan agresi militer Belanda ke PBB, karena 
    agresi militer tersebut dinilai telah melanggar suatu perjanjian Internasional, yaitu 
    Persetujuan Linggajati.

•  1 Agustus 1947 PBB mengeluarkan resolusi yang isinya menyerukan agar konflik 
    bersenjata dihentikan. Akhirnya 4 Agustus 1947 Belanda mengumumkan gencatan senjata.

25 Agustus 1947 Dewan Keamanan membentuk suatu komite yang akan menjadi 
   penengah konflik antara Indonesia dan Belanda. Komite ini bernam KTN ( Komisi 
   Tiga Negara ) yaitu Australia (dipilih Indonesia) diwakili oleh Richard C. Kirby, Belgia 
   ( dipilih Belanda ) diwakili oleh Paul van Zeeland dan Amerika Serikat ( pihak netral )
   menunjuk Dr. Frank Porter Graham.


Perjanjian Renville

•     Perjanjian Renville adalah perjanjian antara Indonesia dan Belanda yang 
       ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948 di atas geladak kapal perang Amerika 
       Serikat sebagai tempat netral, USS Renville, yang berlabuh di pelabuhan Tanjung 
       PriokJakarta.



Agresi Militer Belanda II
•     Agresi Militer Belanda II terjadi pada 19 Desember 1948 yang diawali dengan 
      serangan terhadap Yogyakartaibu kota Indonesia saat itu, yaitu pemboman atas 
      lapangan terbang Maguwo, serta penangkapan  Soekarno, Mohammad Hatta , Sutan 
      Syahrir dan Suryadarma.

•     Sebelum tertangkap, Presiden Sukarno mengirim mandat lewat radio kepada Menteri 
       Kemakmuran, Mr. Syafrudin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintah Darurat 
       Republik Indonesia ( PDRI )

•     Agresi militer ini menimbulkan reaksi dunia, seperti India, Afganistan, Myanmar, dan 
       negara Asia lain.

•     Mereka mendesak agar Pemerintah RI segera dikembalikan ke Yogyakarta dan serdadu 
       Belanda segera ditarik mundur dari Indonesia.

•     Belanda tidak mempedulikan desakan itu dan baru bersedia setelah Dewan Keamanan 
       PBB turun tangan.



Perjanjian Roem-Royen
•     Perjanjian Roem-Royen (juga disebut Perjanjian Roem-Van Roijen) adalah sebuah 
       perjanjian antara Indonesia dengan Belanda yang dimulai pada tanggal 14 April 1949 
       dan akhirnya ditandatangani pada tanggal 7 Mei 1949 di Hotel Des IndesJakarta.
•      Namanya diambil dari kedua pemimpin delegasi,Mohammad Roem dan Herman van 
       Roijen.

Isi Perjanjian Roem-Royen :

1. Pemerintah Republik Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta
2. Menghentikan gerakan militer dan membebaskan semua tahanan politik
3. Akan diselenggarakan perundingan lagi yaitu KMB antara Belanda dan Indonesia setelah
    pemerintah RI kembali ke Yogyakarta
4. Belanda menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara Indonesia 
    Serikat

KMB
•    Konferensi Meja Bundar adalah sebuah pertemuan antara pemerintah Republik 
      Indonesia dan Belanda yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda dari 23 Agustus hingga 
      2 November 1949.


•    Delegasi Indonesia dipimpin Moh. Hatta
•    Delegasi BFO ( Badan Musyawarah Negara-Negara Federal ) dipimpin Sultan Hamid II
•    Delegasi Belanda dipimpin Mr. Van Maarseveen
•    UNCI (United Nations Commission for Indonesia) dipimpin Chritchley

Hasil KMB :

1.   Serahterima kedaulatan dari pemerintah kolonial Belanda kepada Republik Indonesia 
      Serikatkecuali Papua bagian barat.
2.   RIS dan Belanda akan tergabung dalam Uni Indonesia Belanda
3.   Irian Barat akan diserahkan setahun setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda

Dampak KMB :

1.  Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia
2.  Konflik dengan Belanda diakhiri dan pembangunan dapat dimulai
3.  Irian Barat belum dapat diserahkan kepada RIS
4.  Bentuk negara serikat tidak sesuai dengan cita-cita proklamasi kemerdekaan

•  27 Desember 1949 diadakan upacara pengakuan kedaulatan dari Pemerintah Belanda 
    kepada Pemerintah RIS.

•  Upacara pengakuan di Den Haag dan Yogyakarta

•  Pengakuan di Den Haag , Ratu Yuliana sebagai wakil Negeri Belanda, dan Drs. Moh. Hatta 
    sebagai wakil Indonesia.

•  Pengakuan di Yogyakarta, Belanda diwakili Mr. Lovink dan Indonesia diwakili Sri Sultan 
    Hamengkubuwono IX

•  Sehari setelah pengakuan, ibu kota negara berpindah ke Jakarta.












































Sabtu, 21 April 2012

Persiapan Proklamasi Kemerdekaan

Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya



•        Setelah kekalahan pihak Jepang, rakyat dan pejuang Indonesia berupaya melucuti senjata para tentara Jepang. Maka timbulah pertempuran-pertempuran yang memakan korban di banyak daerah.


•        Ketika gerakan untuk melucuti pasukan Jepang sedang berkobar, tanggal 15 September 1945, tentara Inggris mendarat di Jakarta, kemudian mendarat di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945 dengan komandannya Brigjen Aubertin Walter Sothern (A.W.S.) Mallaby.


•        Tentara Inggris datang ke Indonesia tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) atas keputusan dan atas nama Blok Sekutu, dengan tugas untuk melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan perang yang ditahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke negerinya.

•        Namun selain itu tentara Inggris yang datang juga membawa misi mengembalikan Indonesia kepada administrasi pemerintahan Belanda sebagai negeri jajahan Hindia Belanda.

•        NICA (Netherlands Indies Civil Administration) ikut membonceng bersama rombongan tentara Inggris untuk tujuan tersebut.

•        Setelah munculnya maklumat pemerintah Indonesia tanggal 31 Agustus 1945 yang menetapkan bahwa mulai 1 September 1945 bendera nasional Sang Saka Merah Putih dikibarkan terus di seluruh wilayah Indonesia.

•        Klimaks gerakan pengibaran bendera di Surabaya terjadi pada insiden perobekan bendera di Yamato Hoteru / Hotel Yamato (bernama Oranje Hotel atau Hotel Oranye pada zaman kolonial, sekarang bernama Hotel Majapahit) di Jl. Tunjungan no. 65 Surabaya.


•        Sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch. Ploegman pada sore hari tanggal 18 September 1945, tepatnya pukul 21.00, mengibarkan bendera Belanda (Merah-Putih-Biru), tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya.
•        Keesokan harinya para pemuda Surabaya melihatnya dan menjadi marah karena mereka menganggap Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia, hendak mengembalikan kekuasan kembali di Indonesia, dan melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya.
•        Perwakilan RI berunding dengan Mr. Ploegman dan kawan-kawannya dan meminta agar bendera Belanda segera diturunkan dari gedung Hotel Yamato. Dalam perundingan ini Ploegman menolak untuk menurunkan bendera Belanda dan menolak untuk mengakui kedaulatan Indonesia. Perundingan berlangsung memanas, Ploegman mengeluarkan pistol, dan terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan. Ploegman tewas dicekik oleh Sidik, yang kemudian juga tewas oleh tentara Belanda yang berjaga-jaga dan mendengar letusan pistol Ploegman, sementara Soedirman dan Hariyono melarikan diri ke luar Hotel Yamato.
•       Sebagian pemuda berebut naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda. Hariyono yang semula bersama Soedirman kembali ke dalam hotel dan terlibat dalam pemanjatan tiang bendera dan bersama Koesno Wibowo berhasil menurunkan bendera Belanda, merobek bagian birunya, dan mengereknya ke puncak tiang bendera kembali sebagai bendera Merah Putih.
•       Tanggal 27 Oktober 1945 sekutu menyerbu penjara Kalisosok dan membebaskan Kolonel Huiyer ( Perwira angkatan laut Belanda )
•        Bentrokan-bentrokan bersenjata di Surabaya tersebut memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, (pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur), pada 30 Oktober 1945 sekitar pukul 20.30. Mobil Buick yang ditumpangi Brigadir Jenderal Mallaby berpapasan dengan sekelompok milisi Indonesia ketika akan melewati Jembatan Merah
•        Kesalahpahaman menyebabkan terjadinya tembak menembak, berakhir dengan tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby oleh tembakan pistol seorang pemuda Indonesia yang sampai sekarang tak diketahui identitasnya.



•          9 November 1945 pimpinan sekutu Surabaya mengeluarkan ultimatum :
o  Semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan.
o  Batas ultimatum adalah jam 6.00 pagi tanggal 10 November 1945.